Tuesday, October 28, 2008

Bila Blogger Seperti Anda Diuber Macan

Oleh : Bambang Haryanto
Esai Epistoholica No.63/Oktober 2008
Email : humorliner (at) yahoo.com
Home : Epistoholik Indonesia


Mata hijau. “Saya orang Jawa berstatus WNA.” Itu introduksi saya dalam acara welcome dinner di Restoran Italia Bruschetta, Hotel Borobudur, Jakarta. Saat itu saya berada di tengah panitia dan peserta kontes Mandom Resolution Award 2004. Dalam kontes beradu resolusi itu saya mencanangkan peluncuran 100 blog untuk warga komunitas penulis surat pembaca, Epistoholik Indonesia.

Jebakan saya mengena. Mengaku sebagai orang Jawa tetapi berstatus sebagai WNA, menimbulkan rasa ingin tahu hadirin lainnya. Termasuk eksekutif Mandom yang berasal dari Jepang. Dalam teknik komedi, pernyataan tadi disebut sebagai set up, ya jebakan itu. Ketika ketegangan nampak semakin matang, lalu saya luncurkan punchline, titik ledaknya.

“WNA : WoNogiri Asli.”

Mereka, syukurlah, kompak terbahak. Demikianlah, cara mengenalkan diri semacam itu sudah menjadi merek dagang keluarga saya. Sudah intuitif. Tetapi ketika mengaku-aku bukan sebagai orang Indonesia secara tak sengaja untuk blog saya, Google AdSense telah mendepak diri saya. Impian meraup dollar pun jadi berantakan.

Kasusnya : ketika mendaftarkan diri ke Google AdSense saya telah melakukan kecerobohan fatal. Seharusnya yang saya klik untuk isian nama negara asal saya adalah Indonesia, bukan ? Yang saya klik ternyata Irlandia. Andrea dan Sharon dari The Corrs, anggota kelompok musik asal Irlandia favorit saya, mungkin terbahak melihat orang Wonogiri ingin tercatat sebagai wong Irlandia. Jelas akhirnya, perusahaan raksasa rintisan Larry Page dan Sergei Brin itu menolak aplikasi saya.

Saya lalu jadi trauma dengan Google AdSense itu. Tetapi sudahlah, saya memang bersalah. Mungkin karena kemaruk ingin segera mengeruk dollar demi dollar dari blog, mata saya menjadi hijau karenanya, membuat saya kurang cermat dan ceroboh. Suasana psikologis saya saat itu, setelah membaca koran mengenai sepak terjang sosok Anne Ahira dan menemui perbincangan yang berisik di Internet mengenai prestasi Cosa Aranda, membuat saya ikut keruh hati. Ikut arus berpendapat bahwa punya blog tetapi tanpa memproklamasikan diri sebagai agen iklan Google adalah sebuah kesia-siaan, kemubaziran, atau barangkali sekaligus sebagai suatu dosa.

Apalagi pada saat yang hampir bersamaan saya membaca kisah Budi Putra. Seiring kehebohan saat sang digital rebel itu memutuskan berhenti dari Tempo untuk menjadi blogger purna waktu, ia juga bercerita mengenai “angin sorga” yang sama. “By using programs like Google Adsense, AdBrite, TextLinksAds in his/her blog, a blogger can generate a decent amount of money. The larger a community you have, the more ads you'll get clicked on and the more money you'll earn,” begitu tulisnya. Saya ikut mabuk karenanya.

Receh dari Google. Syukurlah, setelah terbentur kasus “Irishgate” :-) tadi, dengan dipaksa untuk mau tengok sana-sini, akhirnya saya memperoleh perspektif lain. Saya pernah mengutip pendapat kolumnis Josh Quittner yang menyebutkan bahwa model bisnis blog di atas tadi tiada lain para blogger itu sebagai penadah sisa-sisa uang recehan dari Google, di mana blog kita sebagai agen-agen iklan dari Google. Sebuah cara cari uang yang secara teoritis tidak terlalu sulit bagi siapa saja untuk menerjuni hal yang sama.

Salah satu guru Internet Indonesia yang tinggal di AS, Jennie S. Bev, juga menginspirasi saya. Ia bilang, “Bagi saya, lebih baik saya memulai bisnis yang benar-benar kelebihan saya, alias gampang buat saya, tapi susah buat orang lain. Jadilah bisnis-bisnis saya agak sulit di mata orang lain, termasuk bisnis produk-produk yang memerlukan entrepreneurship skills yang cukup tinggi.

Bisnis dengan high barrier buat saya lebih cocok karena saingan tidak sebanyak bisnis-bisnis yang low barrier semacam affiliate programs alias internet marketer….Internet marketing a la Anne Ahira dan Cosa Aranda is a business without any barrier of entry. Ini kesimpulan saya. Bagaimana Anda menggunakan informasi ini, terserah Anda.”

Terima kasih, Jennie. Sumber rujukan yang membukakan cakrawala lebih luas tentang blog termasuk laporan utama majalah bisnis, Business Week, 11/5/2005 (foto di atas). Sosok lain yang juga ikut membukakan cakrawala saya tentang seluk-beluk membisniskan blog tanpa menjual iklan adalah Susan Gunelius, pengasuh blog tentang blog milik penerbit koran The New York Times. Sebagian tipsnya itu telah ikut pula disinggung oleh Edo dalam artikel inspiratif yang berjudul “Ditolak Adsense dan Paid Review, Jangan Putus Asa!” di blog AyoNgeblog. Terima kasih, Edo.

Sebagian blog saya memang ada iklan afiliasi, dari Amazon.com dan Virtualvending.net, asal Indonesia. Sebagai penghias. Realistis saja, mana ada pembeli buku dari Indonesia ke Amazon setelah mendapatkan info dari blog saya ? Saya juga merasa bahwa blog-blog saya kurang sreg untuk memajang tulisan yang dimaksudkan untuk menjaring dollar sebagai penulis review bayaran. Tentang hal satu ini, ada pendapat menarik.

Profesor Jurnalisme dari City University di New York dan salah satu pemikir Internet idola saya, Jeff Jarvis mengomentari fenomena bisnis paid review di Internet dengan berkata bahwa, “masalahnya adalah para pemasang iklan itu berusaha membeli suara kaum blogger dan sekali terbeli mereka akan menguasainya.” Opini kritis lain yang gencar berhembus adalah tudingan bahwa bisnis paid review itu mencemari dunia blog dan mengacaukan konsumen karena mengaburkan garis antara iklan dan opini yang tidak bias !

Ngeblog dengan segenap energi, pengabdian dan cinta, tentu saja menjadi hal yang menyenangkan bila mampu menghasilkan uang. Tetapi, hemat saya, ngeblog tanpa diming-imingi imbalan uang sebenarnya juga mampu menghadirkan berkah. Bukan pahala yang kecil. Ketika menjadi finalis Lomba Karya Tulis Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (LKT3I)-nya Indosat 1999 di Jakarta, saat bisa jadi satu hotel di Redtop Hotel bersama Budi Putra (tapi tak saling kenal), mantan Hakim Agung Bismar Siregar bilang bahwa setitik tinta dari seorang penulis lebih berharga dibandingkan tumpahan darah dari seorang martir.

Ujaran beliau itu sangatlah membekas. Menjadi mercu suar. Sebagai blogger ternyata dapat juga disebut sebagai ibadah. Bahkan dalam perjalanan banyak pula menemui berkah-berkah lain yang tidak terduga. Saya telah menuliskannya ketika menjadi seorang blogger sepakbola di blog AyoNgeblog.

Sementara itu blog saya mengenai komedi membuka akses untuk menjadi nara sumber suatu talkshow Radio Delta Medan (sayang, karena miskomunikasi tak bisa berlangsung) sampai diwawancarai oleh Radio BBC Siaran Indonesia. Berkah lain, saya sempat didaulat menjadi “dukun” atau “obyek wisata” :-) untuk para blogger pula.

Photobucket

Blogger Solo (foto) yang tergabung dalam komunitas Pasar Solo, dibawah pimpinan Sadrah Sumariyarso, telah sudi mampir ke rumah saya di Wonogiri. Delapan orang blogger itu melakukan tur budaya dengan rute Solo-Wonogiri-Yogya-Solo, sepanjang Sabtu-Minggu (25-26/10/2008) yang lalu. Di Wonogiri, kami bertukar informasi mengenai blog dan blogger, termasuk tentang isu paid review di atas.

Pada awal Oktober 2008, blog itu pula telah mempertemukan saya dengan sahabat komedi, comedy buddy yang baru, bernama Danny Septriadi, seorang profesional bidang pajak yang suka lawak, dari Jakarta. Baru ngobrol via telepon, sms dan email sekitar seminggu, ia telah memberondong saya dengan aksi tak terduga. Delapan judul buku bertopik komedi terbitan luar negeri telah ia kirimkan ke rumah saya, di Wonogiri !

Terakhir, mungkin kita para blogger dapat menyimak ujaran Putu Wijaya yang sastrawan. Ketika di tahun 80-an, saat masih belajar di Universitas Indonesia di Rawamangun, saya mengikuti ceramah sastra di arena pekan buku Indonesia di Balai Sidang Jakarta. Sastrawan dan dramawan asal Tabanan Bali itu berkata bahwa ada dua jenis penulis di dunia ini.

Yaitu mereka yang dikejar macan dari dalam dan ada pula yang diuber macan dari luar. Macan dari dalam adalah keinginan utama untuk berekspresi, menyuarakan hati nurani, memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kepada dunia. Sementara macan dari luar adalah tuntutan untuk memperoleh materi.

Sobat para blogger Indonesia, yang mungkin akan atau sedang terjun dalam keriuhan Pesta Blogger Indonesia 2008, tengoklah sekeliling : jenis macan mana yang kini banyak memburu mereka ? Tanyakan hal yang sama itu kepada diri Anda pula.



Wonogiri, 28 Oktober 2008

ee

8 comments:

  1. ga nyangka , dengan hobi ngeblog bisa punya temen² baru n "dukun" sakti mandraguna huehehe... semangat pak :D

    ReplyDelete
  2. wachhhh.......diangkat juga akhirnya tantang sebuah perjalanan panjang yang mungkin suatu pengalaman baru buat kami.......wewwww foto orang gilanya ada tuch.......

    ReplyDelete
  3. Wah sayang seribu sayang mo ikut berguru... ketinggalan kereta... salam kenal nggih pak...

    ReplyDelete
  4. Thanks untuk Dhetea, Gibon dan Hiu. Mari kita terus ngeblog, mengasah harta berharga titipan Tuhan : benda abu-abu yang ada di tengah kedua kuping kita. Salam !

    ReplyDelete
  5. Matur Nuwun Pak atas waktunya, ajarannya, tempatnya, tutur katanya dan kerelaan berbaginya kepada para junior blogger kemarin. Pengalaman yang luar biasa :)

    ReplyDelete
  6. Wah.. aku baru ngrasa klo aku bener-bener blogger matre! Makasih boss sharing ilmunya kemarin.. Mantep dah!

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. wahhhhh pakkk......nama saya bukan gibon >>>>>> wrong name :D

    yang bener Gabon Elek Tenan / Orang Gila Dari Timur pak.......wekekekekeke

    ntar klo mo diganti kudu slametan dulu laan pak .....

    ReplyDelete